
Iseng-iseng sambil ngobrol tentang sejarah peradaban bangsa, eh lha kok tiba-tiba topiknya bergeser ke “Apa makanan pokok bangsa Indonesia di zaman jaya dulu?” Eh emang sekarang enggak jaya ya? 🙄
Makanan pokok erat kaitanya dengan kejayaan sebuah bangsa, karena dia adalah energi yang menggerakkan individu/rakyat di sebuah wilayah untuk menghasilkan suatu karya. Nagh leluhur Bangsa Kita yang tercinta ini, baru kita ketahui sebatas kerajaan Kutai bertahun 300Masehi belum sampai ke tahun Sebelum Masehi.
Bila saat ini masyarakat mengkonsumsi beras tiga kali sehari, maka itu adalah murni hasil dogma dan doktrinisasi era Orde Baru. Di era tersebut, aneka makanan pokok selain nasi dari beras dikonotasikan sebagai makanan melarat, kismin, makanan penderitaan dll.
Padahal di era tersebut masyarakat jamaknya mengkonsumi Thiwul-Ketela dan Jagung sebagai makanan pokok. Jadi kalau sekarang Indonesia kekurangan beras karena masyarakatnya rakus nasi ya wajar. naghh sekarang digalakkan gerakan “membenci” nasi beras.
Jadi si beras bukan pangan lokal gitu? 🙄 aya-aya wae menteri dari PKS ini, terus klo sapi sukanya impor gitu
Lalu bagaimana dengan Ketela? Ketela Pohon dan Ubi Rambat?. Ketela Pohon berasalnya dari Amerika selatan, dikenalkan di Nusantara oleh Portugis pada abad ke-16 dari Brazil, ketika itu Brazil jadi ibukota Portugis.
Lalu pada tahun 1800-an, Belanda memaksa penduduk Nusantara untuk menjadikan Ketela sebagai bahan pokok dan menyerahkan padi-beras sebagai pajak ke Belanda.
Lalu bagaimana dengan Ubi Jalar/kereta jalar. Walau ada pendapat yg menyatakan berasal dari Papua, tapi teori yg populer di kalangan ahli tetap berpendapat bahwa asal muasalnya juga dari Amerika Selatan dan pelaku penyebaranya adalah Spanyol.
Lalu apa dong makanan pokok nenek moyang kita sehingga mereka bisa membangun monumen kemegahan seperti Borobudur?
Susu Sapi serta Bahan Olahan dari Susu, dan juga daging sapi.
Relief Sapi sebagai sumber kehidupan di Borobudur.
Sepertinya nenek moyang kita zaman dulu itu sudah bisa swasembada sapi. Minuman sehari-hari mereka adalah susu sapi, dan sarapanya pun pake keju dan mungkin yoghurt. Mereka juga mengkonsumsi daging sapi sebagai makanan pokok dan nasi sebagai makanan pendamping. Catat!, nasi sebagai lauknya, bukan sebaliknya. atau mungkin hanya mengkonsumsi nasi 1 kali sehari seperti di India.
Jadi!, mungkin mereka sarapan pagi dengan segelas susu segar dan keju. Lalu baru ketika makan siang menyantap nasi ()
Bandingkan jaman sekarang yang generasi mudanya malah minum oplosan dan makan nasi dua piring tapi lauknya cuma secuil daging. 🙁
Bukti betapa melimpahnya populasi sapi di masa dulu bisa dilihat dari tulisan yg ditinggalkan prasasti kerajaan Kutai di Kalimantan. Yang menceritakan kedermawanan Raja Mulawarman karena menyedekahkan 20.000 ekor sapi untuk kaum Brahmana. (lihat di wikipedia sejarah Kutai) atau disini (klik disini)
Bila mampu menyedekahkan 20.000 ekor sapi, berarti sang Raja Mulawarman punya lebih dari 20.000ekor sapi. Bila itu 10%nya maka berarti sang Raja punya 200.000 ekor populasi di kerajaanya. Bila penduduk Kutai berjumlah 500-ribu jiwa berarti ada 1 ekor sapi untuk 2orang.
Dalam tradisi Hindu di India, daging sapi memang tidak dikonsumsi, tapi dalam tradisi Hindu di Nusantara sepertinya sapi tetap dikonsumsi seperti kasus di Bali, mungkin hanya kasta Brahmana saja yang mengikuti tradisi di India.
Secara hitungan ekonomis pada zaman tersebut, biaya membuat peternakan Sapi lebih mudah dan murah dibanding membuka hutan untuk membuat sawah dan ladang. Sapi juga tidak memerlukan saluran irigasi yg rumit. Jadi Sapi adalah sumber makanan yang murah dan mudah.
Kerajaan Kutai sendiri bertahun abad ke-4 masehi berarti sekitar tahun 300-an. Lalu bagaimana dengan populasi sapi di Jawa? Kurang lebih sama dengan di kerajaan Kutai-Kalimantan. Populasi Sapi hancur ketika Jawa terlibat perang besar berlandaskan ideologi agama abad ke 17M.
Perang Aliansi kerajaan Islam vs Aliansi Kerajaan Hindu itu menghancurkan hampir semua sendi kehidupan di Jawa. Karena itu adalah perang pertama di Jawa yang memakai artileri mesiu, setelah perang Jawa seperti CPU komputer yang direstart. 🙁
Demak pada masa itu mampu dan terkenal sebagai produsen aneka macam senjata berbahan mesiu, merian dan bedhil. Ditambah dengan bantuan amunisi, finansial dan kavaleri Gajah dari kerajaan Mughal di India. (dilanjut di artikel khusus mawon)
Walhasil, Sapi juga turut menjadi korban, bahkan mungkin yang terparah selain terbunuh juga sengaja dibunuh sebagai harta rampasan perang dan konsumsi prajurit. Karena pihak yang menang adalah masyarakat pesisir yang tidak faham peternakan sapi. Sejak itulah budaya budidaya sapi dan bahan olahan sapi musnah dari peradaban Nusantara.
Masyarakat pun kemudian hanya mengenal beras, gaplek, telo, jagung, thiwul dan aneka makanan lain yang dijejalkan oleh para penjajah untuk melanggengkan nafsu imperialisme, bukan makanan para leluhur kita.
Mungkin di alam sana, para leluhur kita menangis melihat anak cucunya harus mengemis-ngemis ngimpor sekarung ketela padahal mereka dulu bersusah payah menaklukan banteng-banteng liar agar menjadi sapi sebagai sumber bahan makanan.
Pertamax d amankan.. Supeer sekalee om.. 🙂
nitip pertamax juga bapake aski xixixixi
Tak kei minyak jlantah ae yo yung..
emoh
nah lho
josss
kereen….
masuk akal om. . . .
keep brotherhood,
salam,
wih….penak jaman mbiyen yo
wow.. ternyata..
sip…. sapi diamankan
nobody know … apa bisa jadi seperti prov Banten. penguasanya sugiiiiiiiieeeeeh pouuuuuuooool. rakyate miskin
tapi setelah kaum pesisir menang, kenapa makanan pokok berubah ke hasil pertanian? bukannya lebih susah tuh…. harusnya pesisir=nelayan=pemburu=peternak
Peternak berbeda jauh dengan pemburu, apalagi dengan nelayan.
Dalam beternak harus ada pakan, papan dan pengayoman.
Sedang nelayan/pemburu hewan dbawa pulang dalam keadaan mati
nak wong jowo, urung sego brarti ururng mangan
http://awansanblog.wordpress.com/2013/12/01/wow-motornya-amazing-banget/
Ngaco,,, ng msk akal sekali, mgk betul catatan yg tertua ada di kutai, pada abad ke 4, dan mgk betul ketela dan lain” bukan makanan asli indonesia. Anda terlalu mengagungkan ras melayu di indonesia barat, anda lupa ras pertama di nusantara adalah melanesia yg menurunkan suku” flores, timor, papua dan maluku, apa pitecantropus erectus itu org melayu jawa? Atau melayu kalimantan, sulawesi, sumatera? Bukan, mrk negroid, ingat bahwa org dl berpindah”/nomaden jd ng mgk piara sapi, dan daging bukanlah jenis makanan pokok. Makanan pokok org indonesia sejak jaman batu harusx jenis makanan yg bisa awet dibawa nomaden dan jumlahx melimpah di nusantara, ternasuk tahan jika dibawa berlayar krb terbukti suku aborigin pun memiliki ras yg sama dgn papua, dan pelayaran pertama didunia mgk adalah pelayaran dari timor menuju australia dgn dijumpai byk bukti seperti pernah di bahas di national geographic. Jd jenis makanan apa itu yg tahan segala cuaca dan tahan lama serta sehat krn rendah gula? Apa makanan pokok org maluku papua sbg ras pertama dinusantara? SAGU,,, sekali lg SAGU. Dgn sagu lah org ternate mebguasai laut nusantara, tdk seperti cerita dongeng soal majapahit, krn utk mobilisasi pasukan dalam jumlah besar dan pertempuran besar di butuhkan makanan yg awet, mengenyangkan dan dapat dimakan dlm waktu cepat tanpa harus dimasak krn bisa” prajurit mati duluan sblm makanan matang. Sekali lg bukti ini menguatkan kebohongan legenda majapahit, krn dari makanan sj sdh jelas majapahit ng mgk sanggup mebgerahkan pasukan dalam junlah besar utk mengarungi laut bertahun”, dan sagu sejak jaman dahulu dipadukan dgn ikan yg bisa diasinin agar tahan lama atau di keringkan dgn sinar matahari.
tapi kenapa peradaban orang negroid tidak pernah maju?
Salah besar kalau ternate dimasukkan ke ras negroid, mereka itu ras Melayu.
Daging juga bisa diawetkan dengan cara dendeng, dan itu masih ditemui di kalimantan dan jawa.
Yagh namanya juga sejarah, semua itu hanya meraba-raba. Tidak pernah sejarah itu benar 100%, bahkan yg tertulis rapi pun seperti sejarah China pun selalu ada revisi setiap ada penemuan arkeologi.
Ternate spt org maluku lainnya mrk adalah melanesia, suku ternate berasal dari halmahera, jailolo, sama dgn suku˝maya di raja ampat atau suku moi di sorong atau suku” di maluku, klo skg berbeda lbh krn ternate adalah bekas kesultanan besar yg memungkinkan pencampuran budaya dan genetika shg spt saat ini anda liat. Knp melanesia tdk maju? Knp bertanya bgt? Knp melayu ng maju? Knp indian yg bgt perkasa dgn peninggalan” spektakulernya tdk maju, bgt jg mesir? Tdk maju krn ada yg tdk ingin mrk maju, ingat itu, ada yg tidak ingin mereka maju. Daging mmg bisa dikeringkan, tp pernah lihat tdk brp lama debdeng kering bisa bertahan? Sehari, seminggu, setahun? Bandingkan dengan sagu lempeng. Drndeng tdk akan tahan lebih dati seminggu tanpa di keringkan kembali di bawah sinar matahari atau api lbh dari 3 hari, brp luas lapangan yg dibutuhkan utk memanggang daging dalam pertempuran, cukup kah waktux dalam perang besar? Pikir sendiri dan bandingkan dengan sagu makana asli maluku papua shg mrk bisa menguasai lautan
andai Indomie ada pastilah tentara jaman dahulu lebih mudah lagi melanglang buana
betapa makmurnya indonesia ini yaaa… tapi sejak kerajaan itu menyerang 🙁
Enak jaman sekarang udah canggih tapi tetap mahal
IYA YA enak jangan sekarang canggih namunnn wooowowowowo mahal
setahu saya ajaran hindu memperbolehkan minum susu sapi tapi tidak memperbolehkan memakan dagingnya, dan berlaku bagi semua umat hindu, hal ini dibuktikan dengan kisah sunan kudus, dimana beliau menghormati kepercayaan orang kudus dengan tidak menyembelih sapi dan mengganti resep masakan yang dari daging sapi yang dibawa dari kampung halamannya dengan daging kerbau, dan tradisi ini bertahan sampai sekarang. kalau salah mohon dikoreksi