
Tahun 2013 di era Presiden SBY, dunia militer Indonesia dikejutkan dengan pilihan Pemerintah yang menerima hibah 24 pesawat F-16 C/D blok 25. Walau dengan embel-embel gombal kalimat “hibah”/pemberian tetap saja pemerintah Indonesia harus mengeluarkan biaya hampir $500 juta dollar Amerika untuk mengupgrade si pesawat agar layak terbang.
F16 blok 25 tersebut sudah lama menjadi mobil tua bangka terparkir di lembah sampah jet tempur. Untuk bisa terbang lagi harus diupgrade mesin dan sistem avioniknya, biar lebih keren diupgrad “setara” blok 52, untuk menandingi kawanan f16 singapura.
Faktanya, walau sudah diupgrade, sistem radar ke 24 jet F16 C/D hibah tersebut, masih terbelakang dibandingkan dengan jet-jet tempur milik tetangga:
(1) F-16 C/D hibah (TNI AU) yang dibekali radar APG-68(v)9 dengan jangkauan 80 mil laut, walau memakai jenis radar yang sama, tapi karena desain blok 25 dan 52 berbeda ada beberapa sensor radar yang tidak terpasang.
(2) F-16 D+ Block 52 (Singapura) yang dibekali APG-68(v)9 dengan jangkauan 160 mil laut
(3) JAS-39 Gripen (Thailand) yang dibekali radar PS-05/A dengan jangkuan 160 mil laut
(4) SU-30 MKI (Malaysia) yang dibekali NIIP N011M Bars dengan jangkauan 173 mil laut.
Lebih parah lagi, F16 hibah belum dilengkapi teknologi IFF (Identification Friend or Foe) padahal pesawat tetangga di ASEAN telah memiliki interrogator sehingga apa yang tertampil di radar akan langsung terbaca sebagai lawan atau kawan.
Thailand dengan JAS Gripen, yang memang sudah terkenal dengan kemampuan keroyokan, yang membuatnya dijuluki “Piranha on The Air”. Akan mampu menangkap target sejak jarak 160 millaut, mereka dapat mengaktifkan kemampuan ECCM/ anti jamming, lalu melaksanakan mekanisme notching untuk mencegah radar pesawat hibah menangkap posisi mereka hingga bisa meluncurkan missile dari jarak tembak efektif, kurang dari 80 Mil.
Sebagai pesawat patroli wilayah NKRI, F-16 hibah juga tidak bisa dioptimalkan walau biaya terbangnya murah hanya $3.000/jam. Sisa pakai jam terbangnya hanya tinggal 1500jam, maka F16 tersebut hanya bisa dijatah terbang 10jam/bulan agar bisa dipakai sampai tahun 2024 saat Indonesia sudah bisa beli jet baru atau program IFX/KFX selesai.
Praktis, saat ini jet fighter Indonesia hanya bertumpu pada 5 Sukhoi-27 dan 11 Sukhoi-30, sedangkan 34ekor F-16 sudah usang. Bandingkan dengan:
Vietnam | 242 Jet Fighter | 36 Su-30Mk2 12 Su-27 50 Su-22 yang 40 adalah jet baru tahun 2006 144 Mig-21 yang 100 ter-upgrade versi Bison dan setara F16 blok 52 |
Singapura | 104 Jet Fighter | 32 ekor F15 SG
74 ekor F-16/52 |
Malaysia | 38 Jet Fighter | 18 Su-30 Mk1 8 F-18 Hornet 12 Mig-29 |
Thailand | 73 Jet Fighter | 18 Gripen C/D 55 F-16 A/B blok 15 sudah usang |
Myanmar | 31 Jet | 31 Mig-29 |
Indonesia | 50 Jet | 5 Su-27 11 Su-30 Mk2 10 F16 A/B blok 15 sudah usang 24 F16 C/D blok 25 yang diupgrade mesinya ke blok 32 tapi radar katanya blok 52 tapi karena beda desain, kemampuan radar hanya bisa setara blok 32 |
Note: F-5 Tiger di Arsenal Indonesia, Thailand, Malaysia tidak dihitung karena sudah memasuki masa pensiun di masing-masing Negara. Pesawat latih tempur seperti T50i atau BAE Hawk juga diabaikan.
Memang sangat agak disayangkan sekali, uang senilai $500 juta dollar kok cuma dapat pesawat hibah usang dengan usia pakai hanya 1500jam . Sebagai perbandingan, harga baru Mig-29 hanya $29 juta dan JAS Gripen $50juta tipe C.
Simulasi Mig-29 dogfight melawan F22 Raptor
Disitulah kadang saya merasa ngiri dengan negara-negara Komunis yang akrab dengan pesawat buatan Sovyet/Rusia. Selain durabilitasnya lebih lama, biaya upgrade jet-jet tempur Rusia lebih murah dan Dahsyat. Contohnya Mig-21 yang dimiliki Vietnam dan India, setelah upgrade versi Bison, bisa menandingi kemampuan F-16 blok 52, teruji di perang India-Pakistan. Ya walau memang lebih boros bahan bakar.
Dan itulah hebatnya Amerika dalam menjual senjata, walau sudah bossok tetap laku karena ada embel-embel “paket ekonomi”. Dan semoga kisah di atas enggak terulang pada calon jet pengganti F-5 Tiger. Karena feeling saya, yang dipinang adalah F16 blok 60 walau TNI sudah melamar Su-35.
Nyimak…
Walau gak paham, tp mmg gregetan dengan pemimpin negeri ini yang punya mental pemulung
Indonesia emang suka pesawat hibah, terutama di era Soeharto
contoh F86 Sabrejet hibah dari ustralia, C130 Herkules juga Hibah
Kapal perang juga hibah dari Jerman
Mungkin perlu Presiden Hibah juga dari China
Nah… yg terakhir present tuh
Mungkin untuk beberapa pilot yg sdh terbiasa dgn kokpit F16.. mungkin…
Gimana lagi PEMIMPINNYA sperti itu semua.
Betul…betul…
Pemimpin lah yg utama.
Selama 70 th merdeka..kita belum punya pemimpin yg sempurna.
– pak Karno…beliau proklamator sih. Tp tanpa diculik & dipaksa pemuda, gak bakal jd proklamator. Ehm…trs siapa sih bintang iklan romusha yg bikin rakyat berbondong2 mau kerja rodi..???
– pak Harto….beliau bpk pembangunan & program KB & swasembada pangan ckup sukses. Tp siapa sih yg menjual blok2 tambang di indonesia lewat embek2 UU penanaman modal asing…? Siapa sih yg udah membabat 1 jt hektar hutan kalimantan trs kayunya dilempar ke malaysia…?
– Habibi…..cm ditekan AS sdikit aj timtim lepas…
– Gusdur…no coment…
– megawati…bobrok..
– sby…walo jendral tp penakut.
– Jokowi…satria wirang. Kemunculanya byk diwirangke / dipermalukan diolok2 rakyatnya.
– ………..
hihihihihihi….sip
mungkin karena sang pemimpin Endonesa banyak hutang ke ASU, mau gak mau harus nurut.
mau pesawat mahal duit dari mana bro? liat dong anggaran pertahanan kita pertahun berapa? di bagi 3 matra..
itu anggaran 80% juga udah abis buat biaya operasional TNI secara umum, gak ada anggaran buat beli barang baru..
jadi realistis lah pemerintah beli itu pesawat hibah, inget biarpun harga JAS Gripen ato MIG 29 secara unit lebih murah, masa kita cuma beli pesawat doang? di belakang masih ada biaya2 susulannya bro…
sory nih cuma ngasih uneg2 aja terkait F16 yg dibilang busuk…
Sudah baca secara lengkap belum. Bukan nyari pesawat mahal, tapi dengan duit yg sama sebetulnya bisa dapet pesawat yg lebih bagus.
Kategori lebih bagus itu gmn bro? Ato cuma asal yang penting baru?
biaya susulan???
Beli pesawat gak cuma beli unit doang bro, beli spare part? Beli mesin cadangan? Belom nunggu antrian pembuatannya, emang beli pesawat kayak beli motor di dealer, begitu bayar langsung dibawa pulang…
Hibah itu digedok tahun 2013,
1 tahun pertama baru selesai 5 unit (2014)
sisanya tahun 2015 19 ekor, 2 tahun baru terima semua pesawat.
KLo beli pesawat baru, dua tahun maksimal cuma dapet 2 ekor.
#Tapi di saat bersamaan, sebenarnya Rusia juga menjual Mig29 seken, karena akan diganti Su-35 dan Mig-34
kalau menurut saya salahnya tetap di Soeharto karena selama 32 tahun fondasi negara ini rusak oleh soeharto dan kawan2nya…
lihat saja begitu reformasi 98 indonesia hancur lebur dan malaysia sbg perbandingan ga terlalu berpengaruh, selepas mahatir muh. malah malaysia jaya mengalahkan indonesia,..
jadi efek beli pesawat hibah karena memnang budget untuk militer dari dlu sdh kecil skali jd utk menaikkan anggaran serba salah..
Betul juga, begitu Soeharto berkuasa. Pesawat made in sovyet seperti Mig-15 dan Mig-21 langsung dipensiunkan,
Diganti dengan F-86 Sabrejet hibah dari Australia dan F-16 blok A.
https://www.malaysiandefence.com/fulcrum-revival/
jgn bacot aee,penboy ruski akut
Mig 29 dogfight ama F-22,hahaha ngimpi, udh di shoot down langsung sama F-22 dri jauh
Fyi aja,itu mig-29 malay upgrade nya 15jt USD per pesawat,pdahal umurnya nambah setengah dri F-16
Udh deh,jgn nyebar HOAX
sekilas manis..ternyata 👿
F16 vs mig 29 aja sudah susah mengimbangi. Indonesia semestinya fokus ke SU 35.
mungkin seperti apple vs android, ato intel vs amd, mungkin loh ya??? 😀
Dimodif aja jadiin auto pilot, jadi nggak usah pake pilot, tapi diremote, atau bisa juga jadiin sasaran tembak
ngeness bgt bacanya… embel embel pesawat bekas juga makan anggaran. mesti upgrade radar plus tetek bengeknya. itu blm termasuk peralatan tempurnya kyk rudal atw pelurunya yg mkan budget gede per unitnya. klo gw prribadi lebih prefer ke Russia yg dlm sejarah gak prnh malu maluin sekutunya. kalo Soeharto jujur aja gw gak respect.Beliau klo kata gw sich penipu ulung yg membuai. well… semua dah terlanjur… lebih baik untuk kedepannya pemerintah ngadain alutsista yg lebih modern dan terkini. dan gak jdi ejekan anak anak tercinta dalam dan luar negeri. bangsa besar yg peralatan tempurnya dah usang itu cuma jadi aib dan alamat jadi bulan bulanan. belum ditembak dah rontok duluan.
nangis aku bc artikelnya, kok sgtu goblognya pemimpin negri ini
kalo menurutku (aku gak thu lo ya kncah pltik dunia) kita ini tertekan dunia brt,
ibaratny bgni, ‘qm beli nti q beri bonus, kalo enggak beli q acak2 negaramu.! ‘
kayak preman gitu loh..
Dgn kejadian ini, masih bisakah SBY menepuk dada?
Semoga presiden yang akan datang ngga mental pemulung dan pengemis yang cuma bisanya ngarep hibah dari tetangga ,apa kata maling sia and singa ma ausu
kok ngenes banget ya negeriku
Ooooh, jadi sama kaya MiG-29 baru? Nah pertanyaannya, performa “MiG-29 baru” kok nggak dijabarkan? Saya lihat anda hanya memberikan perbandingan F-16 Block 32 partial upgrade ke block 52, dengan Gripen, Su-30, dan F-16 Block 52 native.
17 MiG-29 baru? Lalu apa kabarnya MEF TNI AU? MEF TNI AU butuh lebih dari sekedar 17 pesawat, dan MEF harus dipenuhi… Jadi kalo cuma kuat beli 17 pesawat baru dengan elektronik lama, ya nggak lebih bagus daripada hibah 24 unit.
Terus, saya agak geli juga soal sebagian sensor APG-68(v)9 yang tidak terpasang. Serius, saya ketawa guling-guling bacanya. Sudah pernah baca dokumen DSCA soal paket upgrade F-16 hibah? F-16 kita saja datang dengan kapabilitas menggotong AMRAAM, dan targeting pod (Sniper & Litening). Dan percaya nggak percaya, package targeting pod itu nativenya hanya dimiliki block 40/42 keatas (yang mana berarti block 32 kita punya kapasitas untuk menampung upgrade elektronik yang berkaitan dengan sensor). Dan balik lagi ke masalah radar, sekarang setidaknya ada 3 pabrikan yang sudah memiliki produk paket upgrade F-16 block 15/20/25 dengan AESA (Raytheon SABR – Scalable Agile Beam Radar). AESA lho, bukan mechanically scanned array. Dipasang di block 15/20/25 lagi (contoh riil, liat Taiwan yang kemarin sibuk upgrade ratusan block 20-nya dengan SABR)… Jadi saya penasaran, dasar apa yang menyebabkan anda berkata “sebagian komponen radar tidak terpasang?” di block 32 kita, sementara radar yang lain pun (dengan form factor module yang sama) ternyata bisa plug-n-play ke block 20 yang diatas kertas punya spesifikasi dibawah block 32 kita?
F-16 Block 52ID Roso’an.. Sekali Roso’an ya Roso’an.. Buktinya dah ada yg Nlebok satu tuch…
AMRAAM apa’an…
baca nich..
http://jakartagreater.com/rudal-amraam-untuk-f-16-tni-au/
Biasa pemimpinnya yg diatas bermental kacung america hitung2 bantuan lainya bakalan lancar untuk nambah income personal
Kasau yg menjabat saat itu yg perlu di pertanyakan motivasinya apa barang busyk koq di beli senilai 17 unit MiG29 Baru ,,,? Ngk tau ada apa yg tersembunyi di balik perjanjian Lugu yg mengundang tanda tanya masyarakat
Maka-nya jangan beli produk amirika yang sudah jelas banyak merugikan contoh barang bekas yg diolah kembali dan dijual lagi dengan harga yang sangat mahal. trus pembeli mau beli yaaa yang goblok kan…. pembeli, kenapa masih mau beli. Sudah seharusnya kita tetap memakai produk Rusia yang tidak ada muatan politisnya. kami rakyat indonesia mendukung Menhan pembelian pesawat SU-35S. Bravo……
Barang bekas?hahaha
jangan beli melulu, belajar bikin sendiri , tiru aja china< terus dikembangin sendiri, daripada jadi polemik, itukan uang rakyat< bukan uang ksau atau pejabat terkait