Larungan adalah budaya tradisi jawa sebagai ungkapan kesyukuran dalam suatu perayaan. Biasanya, benda dihanyutkan ke sungai, laut atau danau.
Bagi sebagian orang muslim, perayaan ini dianggap syirik, musrik dan bidah dlolalah. Sampai sekarang, saya pun belum pernah menonton acara larungan. 🙂
Tapi saya mendapat pencerahan dari seorang teman. Berikut poin-poin darinya
1. Larung Kepala Sapi adalah deklarasi syahadat.
Dulu penduduk di Jawa mayoritas adalah pemeluk Hindu. Yang mengagungkan Sapi sebagai ibu kedua. Sekaligus Sapi adalah perwujudan Nandi, pelayan setia Dewa Siwa.
Di masa Majapahit, masyarakat Jawa ketika itu bermadzhab Hindu Siwa.
Setelah masuk Islam. Obyek yang dilarung digantikan dengan kepala Sapi. Sebagai simbol bahwa tidak lagi mengagungkan sapi, sudah berani menyembelih sapi dan siap memakan daging sapi.
Sebelumnya, benda yang dilarung adalah bahan makanan pokok dan buah-buahan. Tentu ini mubazir.
2. Larungan yang dilarang
Adalah melarung benda yang dibarengi dengan keyakinan pada kekuatan tertentu selain Allah yang Maha Kuat, Maha Menakutkan yang bisa memberi nikmat dan mendatangkan bencana. Seperti Nyi Roro Utara, Mbah Kawah Sermo, Ki Jelek Di Wilis dll.
Sehingga tujuan melarung adalah untuk memberikan hadiah sesaji pada Dzat yang (diyakini) Maha Kuat selain Allah. Ini tentu sudah termasuk “Polirobbi”, memadu Allah. Tak diperkenankan dalam Islam.
Syirik
Dalam Islam, Manusia adalah makhluk paling mulia yang disanjung puja puji oleh Allah, saat menciptakanya. Bahkan malaikat pun disuruhNya untuk bersujud.
Demi menjaga kemuliaan manusia. Maka manusia dilarang tunduk menghamba apalagi bersujud pada makhluk ciptaan Allah. Lha wong Malaikat aja disuruh sujud pada manusia.
Dalam hubungan antar sesama mahkluq. Yang terlihat ataupun ghaib. Allah melalui utusanya, Nabi Muhammad. Telah mengajarkan adab sopan santun.
Seperti bagaimana cara berlaku pada pohon besar yang di dalamnya bersamayam makhluk halus. Mengibaskan selimut sebelum tidur di atas dipan, ya takutnya nanti rebutan bantal sama Jin. Masuk ke wc, karena wc tempat jin berkumpul dll.
Bagaimana dengan status ilmu kejawen? Kita bahas next time. 😉
iki kayane jluntrunge soal
kuku tangan gores pisang = punya anak
Nyimak mbah
http://singindo.com/2015/12/02/terang-terangan-itu-lebih-baik-daripada-diam-diam-gak-taunya-mengandung-babi/
Yang trik sulap pan, jangan dibawa ke mak errott
Coba sesekali nonton larungan ndhas sapi atau kebo or kambing Om dan tanyaken ke peserta larung. Tujuannya apa dan siapa atau apa yg dimaksud dari kepala yg dilarung tersebut. Ben ra pitnes.
Titipane, moge macet macetan
http://triyantobanyumasan.com/2015/12/02/zx-6r-hiburan-ditengah-kemacetan/
sip tergantung niatnya, seperti wayang yang tetap dipake sunan kalijogo untuk berdakwah, jadi memang pinter2nya gimana berdakwah dengan damai, karena Islam itu agama damai….
klo sampe ada yang salah dengan pemahaman larungan maka memang wajib meluruskan arti dan niat sebenarnya…biar gak musyrik….cmiiw…
ow… ngono toh..
tak kiro musyrik yo an…
ngunu yo jebule
kalo menurut saya mas yaa kayaknya gak ada namanya bid’ah khasanah atau dlolalah. namanya bid’ah yaa bid’ah. istilah dlolalah ama khasanah kan kan dibuat oleh orang yg hanya ingin membuat pembenaran atas apa yg dilakukannya…
sebenarnya sih gak usah panjang lebar menurut saya bahas kyk gini
kita kan orang Islam, Nabi kita Muhammad SAW, Islam itu udah sempurna, Al-Qur’an n Sunnah buat tuntunan kita, jadi apa yg dicontohkan oleh Nabi Muhammad itu yg kita ikuti toh kita kalau ngikuti semua ibadah yang dicontohin Rasul kita gak bakalan mampu jadi gak usah lah kita buat acara” atau nambah nambah ibadah yg laen yang tidak dicontohin. ITU KALAU KITA ISLAM… kalau masih ngikut nenek moyang yaa gak tau ISLAM apa bukan
peace 😀