Kisah Aleix Esparago yang jadi juara di MotoGP Argentina terus jadi bahan pembicaraan. Pembalap berusia 32 tahun itu sebelumnya hanya pernah 3 kali naik podium tanpa pernah menang sekalipun di kelas Moto3, Moto3 apalagi di MotoGP.
Di Argentina kemarin, Espargaro memulai balapan MotoGP nya yang ke-200 dan grand prix ke-284 secara total dan merupakan satu-satunya pembalap di grid tanpa kemenangan GP di level apa pun.
Pembalap berusia 32 tahun itu berhasil mengalahkan Jorge Martin dari Pramac Ducati untuk mengklaim kemenangan pertama yang bersejarah bagi Aprilia dan dirinya sendiri.
Sekarang jadi orang nomor ke-118 dalam sejarah yang pernah memenangi kelas premier MotoGP,
“Bagi saya, jelas saya sangat senang memenangkan balapan, tetapi tidak ada yang berubah,” kata Espargaro, yang kini memimpin kejuaraan.
“Saya orang yang sangat beruntung. Pekerjaan saya adalah hasrat saya, saya memiliki keluarga impian, saya memiliki semua yang bisa diimpikan oleh seorang pria.
“Jadi, kemenangan tidak mengubah apa pun dalam hidup saya. Tetapi untuk semua orang di Aprilia, ini adalah langkah besar karena enam tahun lalu ketika saya selesai dengan Suzuki dan menandatangani kontrak dengan Aprilia, gak ada yang mau bersama Aprilia, tidak ada yang percaya pada pabrikan tersebut.”
“Saya sangat senang karena sejak Qatar – yah, bahkan di pra-musim – saya merasa memiliki mesin terbaik dalam karir saya.”
Harus diakui, potensi mesin Aprilia cukup ganas di trek lurus. Di tikungan pun agility frame-nya juga bagus saat masuk masuk dan keluar. Bisa mengalahkan frame Ducati (yang saat ini diklaim terbaik) adalah bukti kalau pabrikan asal Italia ini juga patut diperhitungkan dalam perebutan juara MotoGP musim 2022.
Dan jika Aprilia dan Espargaro bisa melakukanya. Kisahnya akan dikenang sebagaiman Leicester City jadi juara liga Inggris.
Tinggalkan Balasan